Disusun oleh : dr. M. Saifudin Hakim, MSc
1. Rokok dan Kanker Paru Dari beberapa kepustakaan dilaporkan bahwa penyebab kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan angka kejadian kanker paru. Diperkirakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, laporan beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa memiliki risiko terkena kanker paru 2 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar. Perempuan yang hidup dengan suami atau pasangan perokok juga memiliki risiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan bahwa 25% kanker paru dari pasien yang bukan perokok berasal dari perokok pasif. Angka kejadian kanker paru pada perempuan di Amerika Serikat dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun, antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai perokok pasif.
Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tetapi juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring, dan esophagus (kerongkongan). Laporan dari NCI (National Cancer Institutei) di USA tahun 1992 mengatakan kanker pada organ lain seperti ginjal, kandung kemih, ovarium, rahim, usus besar, hati, penis, dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang merokok daripada yang bukan perokok.
2. Rokok dan Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Telah banyak diketahui bahwa rokok termasuk salah satu penyebab timbulnya penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah) dan kanker. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1986 dan 1992 memperlihatkan adanya peningkatan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler dari 9,7% menjadi 16%. Ternyata selain berpengaruh buruk pada perokok sendiri, seseorang yang menghirup asap rokok di lingkungannya justru mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita sakit seperti gangguan pernafasan, memperburuk asma, dan memperberat penyakit angina pectoris (nyeri dada karena sumbatan pembuluh darah jantung).
Merokok sigaret, bersama-sama dengan dislipidemia (kelainan kadar lemak dalam darah) dan hipertensi, dianggap sebagai tiga faktor risiko utama untuk terjadinya gagal jantung dan stroke. Angka kejadian tiga sampai empat kali lebih tinggi pada perokok. Tidak seperti sebagian besar faktor risiko penyakit kardiovaskular yang lain, merokok sigaret dapat dihilangkan secara total, meskipun tidak mudah. Untuk penyakit gagal jantung, keuntungan dari berhenti merokok sangat nyata. Angka kejadian penyakit tersebut pada mantan perokok turun sampai mendekati tingkat bukan perokok dalam 2 tahun.
3. Rokok, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan Asma
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting PPOK, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Sedangkan berkembangnya asma salah satunya ditentukan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan (bakat) asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan kekambuhan, dan menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernafasan (virus), diet, dan status sosioekonomi.
Asap rokok merupakan oksidan dan merangsang reaksi peradangan. Penderita asma yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan mempunyai risiko mendapatkan bronkhitis kronik sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala klinis, berisiko mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif, dan menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, penderita asma dianjurkan untuk tidak merokok. Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan agar menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat penyakitnya.
4. Rokok dan Penyakit Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum adalah luka terbuka pada mukosa yang melapisi lambung atau duodenum (bagian pertama dari usus halus). Penyebab pasti dari ulkus ini tidak diketahui. Terdapat hubungan antara merokok sigaret dan ulkus. Terdapat laporan yang menyatakan bahwa ulkus lebih cenderung terjadi, lebih sulit sembuh, dan lebih sering menyebabkan kematian pada perokok daripada bukan perokok. Merokok tampaknya merupakan salah satu faktor yang bekerja bersama-sama untuk mendorong terbentuknya ulkus.
5. Rokok dan Kehamilan
Berbagai studi dan data menunjukkan bahwa ibu perokok berdampak pada kesakitan saluran nafas bawah pada anaknya sampai dengan usia 3 tahun. Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok 4 kali lebih sering mendapatkan gangguan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Pajanan asap rokok lingkungan (environmental tobacco smoke/ETS) baik selama periode hamil ataupun sesudah dilahirkan (perokok pasif) akan mempengaruhi timbulnya gangguan/penyakit dengan mengi pada anak.
Akhirnya, semoga kita dapat terbebas dari asap rokok.
Artikel www.kesehatanmuslim.com
0 comments:
Post a Comment