Monday 27 October 2014

KESETIAAN SEEKOR KUCING

ALkisah seekor kucing yang sangat setia kepada tuannya. Kemanapun tuannya pergi ia selalu mengikutinya untuk melindungi sang tuan. Ia sangat patuh dan selalu menuruti perintah tuannya. Kucing ini memang jenis Kucing yang langka. Ia juga bisa berkomunikasi dengan manusia segala umur. Kebetulan sang tuan mempunyai anak kecil yang mulai bisa bermain.Kucing itu kadang ikut bermain dengannya. Jadilah Kucing itu sangat disayang tuannya sebagaimana sang anak.

Suatu ketika sang tuan pergi untuk berbelanja besar ke pasar yang biasa ia lakukan setiap akhir pekan. Kali ini ia tidak mengajak Kucing kesayangannya. Sebab, ketika itu anaknya sedang pulas tidur di kamarnya. Dan ia tugaskan Kucingnya untuk menjaga sang anak. Kucing itu menuruti apa kata tuannya walaupun raut mukanya menyiratkan sedikit kekecewaan karena tidak bisa pergi bersama tuannya. Ia kemudian naik ke tempat tidur di mana anak tuannya sedang pulas mendengkur. Ia juga ikut tidur bersamanya untuk menemani dan menjaganya.

Mulailah sang tuan pergi menuju pasar. Sesampainya di sana, ia beli barang- barang yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Tak lupa pula beberapa mainan kesayangan anaknya ia beli semua. Terakhir untuk sang Kucing, ia belikan ikan-ikan dan daging kesukannya. Kemudian ia pulang dengan ceria karena ia telah dapat membeli semua barang sesuai rencana.

Sesampainya di rumah, ia langsung disambut oleh Kucing kesayangannya dengan penuh suka dan gembira. Tapi sang tuan justru menampakkan ketidaksukaannya --sikap yang tidak pernah ia tunjukkan selama ini. Ia heran melihat mulut Kucingnya yang belepotan darah pertanda baru saja ia habis makan besar. Ia mengira bahwa Kucingnya telah memangsa sang anak yang ditinggalkannya. Perasaan marah dan sedih berbaur jadi satu. Dengan pikiran kalut ia amat menyesalkan dirinya sendiri mengapa ia tidak mengajak Kucing pergi bersamanya atau pergi bersama anaknya atau... Ia tidak lagi bisa berfikir dengan jernih. Dengan penuh marah dan geram, langsung saja ia ambil sebilah golok panjang dan tanpa pikir lagi ia ayunkan golok itu ke leher Kucing yang selama ini selalu menemaninya. Tak ada perlawanan sedikitpun dari sang Kucing yang sedang gembira menyambut tuannya datang. Darah muncrat membanjiri halaman rumah. Tubuh Kucing itu langsung tergelepar, tergolek,.. dan akhirnya tak bergerak lagi, mati. Ia merasa puas telah membinasakan Kucing yang telah merenggut nyawa anaknya. Tapi perasaan sedih tetap saja tidak bisa ia pendam. Dengan air mata yang menggenang di pelopak matanya, ia pergi menuju kamar tempat tidur sang anak. Ia ingin melihat sisa-sisa mayat dan tulang belulang anaknya.

Dibukalah pintu kamar dan langsung ia lemparkan pandangannya ke atas ranjang. Namun, dengan mata melotot dan terbelalak-heran ia temukan seekor ular besar tercabik-cabik di atas ranjang bekas tempat tidur anaknya semula. Kemudian ia cepat bergegas menuju taman di belakang rumah tempat anak dan Kucingnya biasa bermain. Ia lihat di sana sang anak tertawa riang bermain di taman itu.

Sekarang, barulah ia menyadari semuanya bahwa ia salah sangka terhadap Kucingnya yang selalu setia kepadanya. Sesungguhnya Kucing itu sangat gembira ketika menyambut kedatangannya untuk menunjukkan keberhasilannya menjaga anaknya dari gangguan ular berbisa. 'Kucing itu ternyata tetap setia dan prasangka itu telah membuatku lupa semuanya..' sesalnya.

Dari cerita diatas kita bisa ambil hikmah bahwa kita tidak boleh su'udzon kepada siapa saja, karena su'udzon hukumnya haram, selain itu su'udzon akan merusak keharmonisan rumah tangga, keluarga, maupun keharmonisan kehidupan masyarakat.
Allah SWTmenyerukan kepada orang-orang yang beriman agar menjauhi prasangka, karena prasangka itu termasuk dosa dan kesombongan.
Secara individual prasangka buruk dapat menyebabkan tumbuhnya sikap negatif, rasa curiga, dan ketidak-nyamanan dalam diri sendiri. Orang yang berprasangka buruk dan curiga terhadap orang lain setiap saat akan merasa tidak aman, merasa terancam oleh sesuatu yang sebenarnya hanya ada dalam angan-angan.

Dia merasa terancam oleh bahaya yang sebenarnya tidak ada. Disamping hilangnya kenyamaan dan keamanan, prasangka buruk akan menghancurkan rasa percaya kepada diri sendiri. Artinya secara individu prasangka buruk dapat menyebabkan hilangnya ketenteraman bathin, dan bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan tumbuhnya kepribadian yang buruk pada seseorang. 
dalam firman ALLAH QS Al-Hujuraat : 12 disebutkan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Firman Allah, ” wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. …”. [QS Al-Hujuraat : 12].

Tentu saja yang dimaksud sebagian prasangka yang bernilai dosa itu adalah prasangka buruk. Marilah kita tinggalkan prasangka buruk dan tumbuhkan prasangka baik untuk membangun kembali ukhuwwah islamiyah demi kejayaan Islam dengan pertolongan Allah subhanahu wata'ala. aamiin aamiin yaa robbal 'alaamiin.


Sunday 26 October 2014

Gelas-Gelas Berdenting

Gelas-gelas surga berdenting, beradu, menjadi sebuah harmoni. Sungai-sungai mengalir, menyejukkan, menentramkan. Buah-buahan menjadi rezeki yang kekal. “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Balasan dari penghambaan yang telah “kami” nyatakan. Penghambaan yang tak samar, tergores dalam amal. Dikala kedatangan kami disambut bidadari-bidadari yang tak terupakan di dunia. Tak terbandingkan dari apa yang pernah terlihat. Yang setetes air mulutnya dapat memaniskan asinnya lautan dunia. Perjalanan menuju sebuah istana nan megah gemerlap cahaya. Namun, semua kebahagiaan itu hanya dimiliki oleh golongan yang menghamba. 

Jerit tangis penyesalan, terdengar memilukan. Panas yang tersentuh di telapak kaki, mendidihkan ubun-ubunya. Siksaan nan pedih, tak terperikan. Rasa sakit yang tak pernah terasakan. Di kerak api tak dapat berlari. 

Ketika manusia telah diingatkan. Bahkan Sang Pencipta pun telah bersumpah kepada bukit. Dan pula bersumpah kepada kitab yang pernah ditulis, diturunkan melalui malaikat. Dari lembaran-lembarannya yang terbuka, dengan keindahan ayat-ayatnya. Bahwa sesungguhnya adzab dari Sang Pencipta pasti akan datang, dan tiada sesiapa pun mampu menolaknya. Pada hari ketika langit benar-benar terguncang, dan gunung-gunung berjalan. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang mendustakan. Orang-orang yang bermain-main dalam kebathilan. Bermain-main dalam kedustaan. 

Ketika ruh dipisahkan dengan jasad. Ketika nyawa dicabut dari urat-urat, tulang hidung dan ujung-ujung jari. Rasa kematian yang sangat menyakitkan. Kematian yang paling mudah pun adalah serupa dengan sebatang pohon duri yang menancap di selembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang terkoyak? Tak ada satu pembuluh pun yang tidak merasakan pedihnya derita kematian. Seandainya seutas rambut dari orang yang sudah mati diletakkan di atas para penghuni langit dan bumi, niscaya dengan izin Allah SWT, mereka akan mati karena maut berada di setiap utas rambut, dan tidak pernah jatuh pada sesuatu pun tanpa membinasakannya. Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain, seraya berkata, ”Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat.” Siapkah kita menghadapinya? 

Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan manusia dengan sia-sia dan diacuhkan, tetapi Dia membebankan kewajiban kepada mereka, memberikan perintah dan larangan, menurut petunjuk/hidayah berupa kitab suci dan mewajibkan mereka memahami petunjukNya, baik secara terperinci atau pun tidak. 

Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dalam penciptaannya ia dilengkapi dengan segenap perangkat yang dapat dijadikan alat untuk membantunya menjalankan kewajiban yang berada dipundaknya sebagai khalifah di muka bumi. Perangkat tersebut berupa jasad, ruh, akal, nafsu, dan hati, yang kesemuanya itu merupakan nikmat dari Allah SWT. Maka, barangsiapa yang menggunakan perangkat tersebut untuk ketaatan kepadaNya, dan dengannya ia melalui jalan sehingga memahami petunjukNya serta tidak mendurhakaiNya, maka ia bersyukur atas segala pemberian di atas menuju keridlan Allah SWT. Sebaliknya siapa yang menggunakannya sesuai kehendak hawa nafsunya, tidak memelihara hak penciptaannya, niscaya ia termasuk orang-orang yang merugi. 

Kembali kita harus mengingat, bahwa dunia hanyalah sebuah terminal perhentian. Perjalanan selanjutnya masihlah panjang. Kehidupan setelah kehidupan akan dihadapi dalam kekekalan. Kekekalan yang dapat dihentikan hanya dengan kehendak pemilik kekekalan mutlak, Rabb Sang Pencipta. Demi hidupmu! Tak berguna lagi harta benda bagi manusia. Ketika dia merasakan sakaratul maut, dan rongga dadanya tersesak. Betapa banyak wajah kian memutih. Hingga burung-burung merpati menyangkanya awan.

Rabb pemilik sekalian alam telah kembali mengingatkan, “Kamu sekalian datang kepada Kami dengan sendiri-sendiri seperti ketika Kami menciptakan kamu semua untuk pertama kalinya, setelah semua kamu semua meninggalkan yang Kami anugerahkan kepadamu. Kami tidak melihat bersamamu para pemberi syafaatmu yang kamu katakan memiliki saham bersamamu. Sekarang ikatan di antaramu sudah terputus, dan hal yang kamu kira itu tidak benar.” Siapkah kita menghadapi kesendirian dalam pertanggunjawaban. 

Manusia telah mendapatkan petunjuk dalam kehidupan. Hukum-hukum Allah memberikan harmonisasi kehidupan. Ketentraman hati dan akal akan terpuaskan. Namun, manusia memang bodoh. Masih saja manusia melirik terhadap kesesatan. Mengikuti hawa nafsu yang bias. Ajakan syaithan yang dapat memberikan siksaan yang pedih, ternyata lebih senang untuk ditaati. Kenikmatan sementara dalam terminal kehidupan, menjadikan dirinya berbangga akan kesenangannya. Namun dia lupa, ajal akan menjelang. Kehidupan abadi pun akan dijelang. 

Akankah kah hidup kita akan berbalas siksa, atau kah hidup kita akan berbalas kenikmatan? Sesungguhnya kamu semua pasti akan mati dan mereka pun akan mati. Kemudian pada hari kiamat kamu semua akan berselisih di depan Rabbmu. Dosa-dosa akan dikembalikan kepadamu, sampai kamu mengembalikan kepada setiap orang hak yang dimilikinya. 

Takutlah kepada dahsyatnya hari saat tak satu pun langkah yang akan diabaikan, tak satu pun pukulan atau sepatah kata pun yang dilewatkan, agar korban-korban kedzhaliman menuntut balas terhadap orang-orang yang mendzhalimi mereka. Di hari itu, Allah SWT berfirman dengan firman yang terdengar sampai jauh sebagaiman ia terdengar dari dekat, “Aku adalah Raja! Aku adalah penagih utang! Tidaklah layak penghuni surga yang mana pun untuk masuk surga, padahal salah seorang dari penghuni neraka pernah didzhalimi olehnya, kecuali jika orang itu telah menuntut balasnya; tidak patut pula bagi penghuni neraka yang mana pun untuk masuk neraka padahal ia masih mempunyai keluhan terhadap seseorang dari penghuni surga, sampai dia memperoleh kesempatan untuk membalasnya walau tak lebih dari satu tamparan.” 

Takutkah kita akan hari pembalasan? Dimana semua amal baik dan buruk dipertunjukkan. Tak ada satu pun yang dapat mendustakan. Ketika ia mendustakan Allah di dunia. Jauh dari syariat Allah. Melecehkan dan menginjak-injak hukum Allah. Dan bahkan membenci Allah dan ummatnya. Ingatkah kita ketika Allah menjanjikan balasannya di neraka yang sangat pedih? Ketika para penghuni yang mendustakan kehausan, maka masing-masing akan diberi air nanah, yang akan direguknya, hampir-hampir dia tidak mampu menelannya, dan maut mendatangi mereka dari setiap sisi, tapi dia tidak bisa mati. Dan ketika mereka menjerit minta tolong, maka mereka akan diguyur dengan air yang panasnya bagai timah cair, dan membakar muka mereka. Inilah seburuk-buruk minuman, dan seburuk-buruk tempat tinggal yang kotor. 

Rasa lapar akan ditimpakan atas penghuni neraka sehingga menyamai siksaan yang sedang mereka rasakan. Mereka akan menjerit meminta makanan, dan mereka diberi makanan dari pohon berduri yang pahit, yang tidak menggemukan ataupun mengenyangkan. Sekali lagi mereka akan menjerit meminta makanan, dan mereka pun diberi makanan yang mencekik leher mereka. Seketika itu juga mereka akan ingat ketika di dunia, mereka biasa menghilangkan rasa tercekik di tenggorokan dengan cara minum air. Mereka pun lalu menjerit meminta minum, dan dengan penjepit dari besi, diantarkanlah kepada mereka air yang mendidih. Namun ketika dekat dengan mereka, ditumpahkanlah air itu ke wajah mereka, dan ketika minuman telah mencapai ke perut mereka, maka tercabik-cabiklah isi perut mereka. Setelah itu mereka berkata, “Panggilah para penjaga neraka!” dan mereka pun memohon, “Mintakan kepada Tuhan kalian agar meringankan siksaan walau sehari!” Akan tetapi mereka menjawab, “Tidakkah utusan-utusan telah datang kepadamu dengan bukti-bukti yang nyata?” “Ya”, jawab mereka. Para penjaga neraka berkata, “Berdoalah sendiri, dan doa orang-orang kafir hanyalah kesiasiaan belaka.” Kemudian para penghuni neraka itu berkata, “Panggilah Malik!” dan mereka pun memanggilnya, “Wahai Malik, biarlah Tuhanmu mengakhiri hidup kami saja!” Akan tetapi, Malik memberikan jawaban kepada meraka, “Kalian semua akan tetap tinggal dalam keadaan seperti ini.” 

Itu hanyalah sebagian penderitaan yang akan dialami oleh orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasulnya. Mereka buta dan tuli dari ayat-ayat Allah. Melupakan penguasa sebenarnya. Merasa dirinyalah yang menguasai apa yang dia inginkan. Berbuat kedzhaliman, dan merasa perbuatan mereka hanyalah sebuah hak yang dapat mereka lakukan. Mereka merasa aturan hidup yang dibuat oleh manusia lebih baik dari hukum Allah. Mereka menjadikan Allah hanya sebuah bahan perbincangan dalam sebuah percandaan. Sungguh, mereka akan mendapatkan balasannya! 

Namun “mereka” itu bisa menjadi ”kita” . Boleh jadi kita telah mendustakan Allah, walaupun tidak kita sadari. Atau pun bahkan kita menyadari dengan sesadar-sadarnya pendustaan itu. Hal-hal yang haram menjadi halal, dan yang halal yang menjadi haram. Al Quran hanya dianggap sebuah perkataan syair yang jika ditinggalkan, hanyalah sebuah karya sastra yang tak bermakna. Benarkah kita seperti itu? Sadarkah kita? Benarkah kita telah berhukum hanya terhadap hukum Allah saja? Apakah kita masih menganggap hukum jahiliyah yang lebih baik dari hukum Allah? Apakah kita masih mau berhukum dengan hukum-hukum buatan kaum kafir? Ataukah mulut kita telah terpenuhi dengan kata-kata baik dari amalan Al Quran? Telinga kita digunakan untuk mendengarkan suara-suara yang datangnya hanya dari Al Quran? Mata kita hanya digunakan pada pandangan-pandang yang dihalalkan melalui Al Quran? Perut kita isi dengan makanan yang baik lagi halal menurut pandangan Allah? Atau kah gerak langkah kita, hanyalah bentuk pengamalan dari Al Quran? Neraka atau surgakah balasan perbuatan kita? Sungguh, segala jawaban itu tak perlu kita tunggu sampai ajal menjelang. Boleh jadi ajal akan kita hadapi dalam detik-detik selanjutnya. Atau boleh jadi ajal akan kita temui dikala usia kita sudah senja. Namun sudah siapkah kita menghadapinya? 

Semoga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang mendapatkan surga Allah. Amin.

Friday 24 October 2014

BILA RASULULLAH MENJENGUK KITA

Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah SWT tiba-tiba mengetuk pintu rumah kita......... 
Beliau datang dengan wajah tersenyum dan muka bersih dimuka pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan ????? 
Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk rumah kita. 
kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar beliau sudi menginap beberapa hari dirumah kita. 
Beliau tentu tersenyum ..... 
Tapi barang kali kita minta kepada Rasulullah SAW menunggu sebentar didepan pintu, karena kita teringat VCD rated 18 + yang ada diruangan tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum...... 
Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang diruangan tamu kita, sehingga kita terpaksa memindahkan kebelakang dengan tergesa-gesa.

Barang kali kita akan memindahkan lafal ALLAH dan MUHAMMAD yang ada diruangan samping (atau mungkin kita tidak tau ada dimana) untuk kita letakkan diruangan tamu.

Beliau tentu tersenyum...... 
Bagaimana bila kemudian beliau bersedia untuk menginap dirumah kita??? 
Barang kali kita teringat anak kita lebih hafal lagu barat dari pada menghafal shalawat kepada Rasulullah SAW. 
Barang kali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita dan istri tidak mengetahui sedikitpun tentang sejarah Rasullullah SAW.

karena kita lupa dan lalai mengajari mereka 
Beliau tentu tersenyum.... 
Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya tetapi lebih hafal diluar kepala mengenai anggota Power Rangers atau kura-kura Ninja atau westlife .

Barangkali kita harus menyulap satu kamar menjadi ruangan untuk shalat 
Barangkali kita teringat wanita dirumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan dengan Rasulullah SAW.

Beliau tentu tersenyum........ 
Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita 
Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita 
Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita 
Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita/??? 
Barangkali kita menjadi malu diketahui Rasulullah bahwa kita tidak pernah ke mesjid meskipun suara azan begitu jelas dalam pendengaran kita.

Beliau tentu tersenyum...... 
Barangkali kita menjadi malu pada saat magrib bahwa keluarga kita menjadi sibuk dengan TV 
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita habiskan untuk mencari kesenangan duniawi.

Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan salat sunnah. 
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-qur'an. 
Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. 
Beliau tentu tersenyum........ 
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari mengambil sampah kita.

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya kepada kita tentang nama dan alamat tukang penjaga mesjid dekat rumah kita.

Betapa senyum beliau masih ada disitu....... 
Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul didepan pintu rumah kita..... 
Apa yang akan kita lakukan???? 
Masihkah kita memeluk beliau dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap dirumah kita?? 
Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung kerumah kita karena hal itu akan membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasullullah..... 
Masihkah beliau tersenyum ?? 
Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir.... 
oh betapa memalukan kehidupan kita saat ini dimata Rasulullah.... 
Kita sangat mengharapkan Syafaat beliau pada saat kita luntang-lantung dipadang mahsyar kelak, padahal kita jarang sekali menyebut namanya, kondisi kehidupan kita sangat jauh dari yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW 

rekan-rekan sekalian, tanpa kehadiran Rasulullah pun dirumah kita, yakinilah bahwa segala kehidupan kita berada dalam tatapan oleh ALLAH SWT, tidak ada yang luput dari tatapNYA.

Semoga bermanfaat dan selalu mengingatkan kita...... 

Tuesday 21 October 2014

Keluargaku Tersayang

Begitu indah setiap detik dalam hangat cengkrama.
Tapi itu dulu, sekarang sudah berbeda...
Bunda, Ayah dengan malu kukatakan “Akulah anakkmu…”
Adiku, dengan malu kukatakan “Akulah kakakmu…”
Nenek, Kakek dengan malu kukatakan " akulah cucumu..."

Bunda…
Sejujurnya telah kucoba kumpulkan
keindahan dunia tuk ganti hadirmu.
Sejujurnya telah kupilah yang terbaik
untuk mengisi kerinduanku.
Tapi bunda, yang kutemui hanya lelah
Lalu saat itu aku kembali padamu, memohon pelukan
Dan kau senantiasa menjadi pendengar yang arif
Mendengarkan dengan mata
Mendengarkan dengan hati
Kau mendengar apa yang tak terucap dengan kata-kata

Bunda…
Dunia takkan mampu menggantikanmu
Pilihan terbaik takkan lagi coba kuisi dalam rinduku
Hingga begitu indah setiap detik dalam rahimmu
Hingga begitu indah setap detik dalam gendongmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam pangkuanmu
Hingga derita yang kau rasa indah untuk anandamu ini…
Lalu, kenapa hanya rindu yang kupunya untukmu Bunda?
Tidak Bunda…
Rindu ini selalu hadir dalam doa anandamu
Agar surga selalu hadir untukmu
Bukan hanya di telapak kakimu

Ayah…
Rentetan waktu yang kau urai dalam peluh
Dalam entah berapa banyak tetes keringatmu yang kini menjadi darahku
Selama itu kau tetap tersenyum.
Jinjingan pelangi tak pernah luput kau bawa sepulang kerja
Lalu, dengan sabar , menguraikan warnanya untukku
satu persatu dengan mata berbinar
Dengan baju kemejamu yang telah lusuh.
Lalu, kuteringa saat ku merengek meminta baju baru
Sementara kau sibuk berhutang demi penuhi keinginanku
Ah, aku memang anak manja
Ucapan terimakasih dan doa rasanya tak pernah cukup untuk membalasmu
Sementara, tak jarang aku menjadi jauh dari harapan-harapanmu.
Aku malu…

Ayah…
Sebagian semangatku ada dalam doamu
Dan pijakan hidupku dalam petuah sederhanamu
aku catat dalam jiwa dan kujalankan

Ayah…
Aku bangga menjadi anakmu

Bunda, Ayah…
Mungkinkah ku mampu menjadi anak yang dapat kalian banggakan?
Mungkinkah ku mampu penuhi semua harapan?
Mungkinkah ku mampu menjadi penyejuk pandangan?
Maafkan aku…
Maafkan jikalau budi kalian aku balas dengan hinaan
Maafkan jikalau sapaan lembut kalian aku balas dengan hardikan
Maafkan jikalau mata ini sering menatap sinis pada kalian
Maafkan jikalau banyakpermintaan tolong yang tak kudengar
Maafkan jikalau aku justru membuat kalian malu
Maafkan atas segalanya
Maafkan.
Bunda, Ayah, maafkan aku…
Sungguh aku ingin menjadi anak yang dapat kalian banggakan
Sungguh aku ingin penuh semua harapan
Sungguh aku inginmenjadi penyejuk pandangan
Bunda, Ayah kembali ku memohon padamu…

Adikku…
Malaikat kecilku
Ah, kini kalian telah tumbuh dewasa
Tentu telah memahami banyak tentang hidup
kalian kini telah tumbuh menjadi dewsa menjdi anak yang cerdas
Ya,kalian kinitak lagi mudah tuk ku bohongi seperti dulu

Adikku…
Kamu yang paling tahu siapa aku
Kamu tahu setiap cela diri kakak
Selain Bunda dan Ayah…
kamu yang sering menjadi korban amarahku
Kamulah yangsering menjadi pelampiasan emosi dan keegoisanku
Padahal kakak tahu, kamu begitu tulus menyayangi kakak.
Entah telah berapa banyak doa kamu yang menjadi jalan kemudahan bagi hidup kakak
Maafkan kakak, adikku
Selama ini kakak belum mampu menjadi suri tauladan bagi kamu
Kakak belum bisa menjadi kakak yang baik, yan membahagiakan kamu
Lebih banyak menyulitkan dan menyudutkan kamu.

Nenek...
Tatapmu sejuk menenangkan
Senyumanmu lembut memudarkan amarah
Lakumu halus bagaikan sutra
Ketika aku kelaparan
Kau beri aku makan
Kau beri aku minum
Ketika dunia begitu kejam
Lembut rangkulmu menenangkanku
Mendekapmu dengan hangat
Inginku beri lebih dari ini hingga dirimu sungguh bahagia
Meskipun tak sebanding dengan budi muliamu

Kakek
Goresan kecil mengingatkanku
Pada dirimu ...
Duhai seorang yang kubanggakan
Lembut kasihmu menuntun kaki kecilku
Itu hanyalah satu dari ribuan
Catatan di diary kasih sayangmu
Hatiku terasa hampa
Sudah lama aku tak menatap wajahmu, mencium tanganmu
Sebagai rasa hormat dan sayangku kepadamu

Bunda, Ayah, Adik, Nenek dan Kakekku Tersayang
Kalian adalah surga dalam hidupku
Karunia termegah Sang Pencipta untukku
Aku berjanji kita akan kembali selalu bersama, Selamanya…
Entah itu kapan waktunya...

Ya Allah... Ya Rabbii...
Aku mohon jaga dan lindungilah mereka disana
persatukanlah kami seperti dahulu
agar kami bisa saling menjaga satu sama lain
Sampaikan salam dan rinduku
Sampaikan juga sayang dan cintaku untuknya.

Friday 17 October 2014

Jika Kalian Bersyukur, Aku Tambah NikmatKU Pada Kalian


Setan Membuka Hakikat Penting Ketika diperintahkan Allah Ta’ala sujud kepada Nabi Adam Alaihis Salam, setan menolak melaksanakan perintah ini. Akibatnya, ia diusir, dimasukan ke dalam jajaran makhluk terkutuk, dan diancam masuk neraka. Setan tidak hanya mendengar perintah pengusiran dirinya. Tapi, dengan sikap pongah, yang malah menunjukan kebrengsekannya, ia berjanji akan menyesatkan anak keturunan Adam Alaihis Salam, yang menurutnya menjadi biang keladi pengusirannya dari surga. Setan berkata,

"Saya pasti (meghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya pasti mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (Al-A’raaf: 16-17).

Di sini, setan membuka hakikat penting yang diketahui banyak orang, yaitu mayoritas besar manusia tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala dan orang yang selamat di antara mereka ialah orang yang bersyukur.

Definisi Syukur

Kalimat, "Syakarat Ad-Dabbatu," maksudnya, unta itu gemuk. Unta dikatakan gemuk jika terlihat padanya tanda-tanda makanan yang telah dimakannya. Unta dikatakan syakur jika terlihat padanya kegemukan melebihi kadar porsi makanan yang telah dimakannya.

Hai, Keluarga Dawud, lakukanlah syukur kepada Allah!

Allah Ta’ala tidak berfirman kepada Nabi Dawud Alaihis Salam, "Ucapkan syukur kepada Allah," namun berfirman, "Lakukan." Ini menandaskan syukur tidak terealisir dengan sempurna, kecuali dengan mengamalkan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, syukur ialah realisir ibadah itu sendiri. Ini tidak seperti dipahami sebagian besar orang bahwa syukur itu memuji Allah Ta’ala dengan lidah, atau komat-kamit setelah shalat, atau setelah makan kenyang.

Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Salam Menerjemahkan Syukur ke dalam Tindakan Nyata

Aisyah Radhiyallahu Anha merasa heran dengan qiyamul lail Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam. Beliau melakukannya hingga kedua kaki beliau bengkak. Dengan nada takjub dan penuh tanda tanya, Aisyah berkata,

"Engkau masih berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa silammu dan dosa-dosamu pada masa mendatang." Rasulullah Sahallallahu Alaihis Sallam bersabda, "Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?" (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallahu Alaihis wa Salam tidak memahami syukur sebatas pujian dengan lidah. Menurut beliau, syukur ialah upaya seluruh organ tubuh untuk mengerjakan apa saja yang diridhai pemberi nikmat (Allah).

Seluruh makna syukur ini dirangkum Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah dengan perkataannya,

"Syukur ialah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah Pada lidah hamba-Nya dalam bentuk pujian, di hatinya dalam bentuk cinta kepada-Nya, dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk."

Bentuk konkrit syukur ialah lidah tidak menyanjung selain Allah Ta’ala dan di hati tidak ada kekasih kecuali Dia. Kalaupun seseorang mencintai orang lain, ia mencintainya karena Allah. Lalu, cinta ini dialihkan ke organ tubuh, kemudian seluruh organ tubuh mengerjakannya apa saja yang diperintahkan kekasih (Allah) dan menjauhi apa saja yang Dia larang. Itulah figur orang syukur sejati.

Dan terhadap Nikmat Tuhan, Hendaklah Kamu Menyebut-nyebutnya!

Yang dimaksud dengan menyebut-nyebut pada ayat di atas ialah menyebut nikmat Allah Ta’ala pada diri seseorang. Misalnya, dengan mengatakan, "Allah memberiku nikmat ini dan itu." Atau makna lainnya ialah berdakwah ke jalan Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan mengejar umat. Yang benar, ayat di atas mencakup kedua makna itu.

Seseorang perlu ingat saat dirinya berada dalam kesesatan dan jahiliyah, lalu bagaimana Allah Ta’ala menyelematkannya dari kegelapan pekat itu kepada cahaya terang. Ini seperti yang dilakukan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu. Ia ingat saat dirinya berkubang dalam jahiliyah dan makan "Tuhannya" dari kurma. Kemudian, ia tertawa ingat masa lalunya yang "lucu" itu.

Setelah menjadi kaya. Orang Muslim harus ingat bagaimana kondisi dirinya saat miskin. Ia mesti ingat hari-hari saat ia berada dalam ujian dan ruang geraknya dibatasi sebelum pinda ke tempat lain, atau sebelum situasi berubah. Ia ingat bagaimana badai ujian berlalu, lantas Allah Ta’ala menyelamatkannya dari badai itu. demikianlah, ia ingat nikmat-nikmat seperti itu, lalu ditindak-lanjuti dengan berdakwah ke jalan Allah Ta’ala.

Syukur Umum dan Syukur Khusus

Setelah keterangan diatas, maka menjadi jelas bagi kita bahwa syukur terbagi ke dalam dua jenis: syukur umum dan syukur khusus.

Syukur umum terkait dengan dunia. Misalnya bersyukur atas nikmat seperti pakaian, makanan, harta, kesehatan, dan kendaraan. Sedangkan syukur khusus terkait dengan akhirat. Misalnya bersyukur atas nikmat iman, tauhid, hidayah, bimbingan hingga bisa beribadah, istri shalihah, anak-anak shalih, dan urusan akhirat lainnya. Tragisnya, sebagian besar manusia hanya mengerjakan syukur umum, karena menurut mereka, manfaatnya bisa dirasakan langsung. Memang, seperti itulah watak manusia.

Syarat-Syarat Syukur

Ibnu Qayyim berkata, "Syukur seorang hamba terasa lengkap jika ia mematuhi tiga syarat dan ia dikatakan orang bersyukur jika melengkapi ketiga syarat itu:

1.Ia mengakui nikmat Allah pada dirinya.

2.Ia menyangjung Allah atas nikmat itu

3.Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapatkan keridhaan-Nya."

Mengakui nikmat Allah Ta’ala pada diri kita bisa dilakukan dengan cara kita tidak mengklaim nikmat itu kita dapatkan murni karena keahlian, atau pengalaman, atau usaha, atau jabatan, atau status sosial, atau kekuatan kita. Tapi, kita nyatakan nikmat itu murni berasal dari Allah Ta’ala. Ketika Qarun mengklaim nikmat pada dirinya murni ia peroleh karena ilmunya, maka Allah Ta’ala menenggelamkannya beserta istananya ke dalam bumi.

Jika seseorang mengakui nikmat pada dirinya berasal dari Allah Ta’ala, otomatis ia menyanjung-Nya atas nikmat-nikmat itu. jika seseorang menyakini Allah Ta’ala pemberi nikmat dan menyanjung-Nya, maka ia tidak etis menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. Misalnya dengan cara ia mengembangkan hartanya secara ribawi, atau seseorang diberi kesehatan tapi ia mendzalimi orang lain.

Jika kita melengkapi ketiga syarat syukur itu, Allah Ta’ala pasti menambah nikmat-Nya pada kita, karena Dia berfirman:

"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, Kami pasti menambah (nikmat) kepada kalian." (Ibrahim: 7)

Thursday 16 October 2014

Sketsa Bagian- Bagian Ragum







Begitu cepat Kau menggantikanya Yaa ALLAH...!!!

Udara begitu segar di pagi hari, apalagi semalaman hujan. Saya merapatkan sweater yang diberikan kakak sebelum pergi. Hup... terlompati sudah genangan air untuk ke dua kalinya. Stasiun Bogor masih lengang, Alhamdulillah, berarti saya tidak usah berjuang hanya untuk bisa terangkut. Saya duduk dengan tenang di gerbong belakang yang sudah terisi sebagian. Hari masih muda, tetapi para pedagang asongan, peminta-minta bahkan pencari sumbangan sudah berseliweran dengan suara-suara khas mereka. 

Saya mulai mengamati, mencari vitamin hati. Seorang nenek terhuyung-huyung mengedarkan mangkuk berharap dermawan memberi uang belas kasihan, sekelompok pemuda tuna netra yang hampir semua sepatunya robek-robek mematung menunggu sang nenek pindah ke gerbong lain. Ada seorang perempuan yang terus menerus menggumamkan "Lapar... Lapar.." di pojok gerbong, pakaiannya lusuh dan yang jelas dia sepertinya kurang waras. Kini giliran bocah laki-laki yang menyapu lantai kereta, hampir sekujur tubuhnya kudisan, mata yang merah, dan kepala diperban, membentak para penumpang jika tidak memberinya uang. Sebenarnya saya ingin sekali mengulurkan tangan seperti orang lain, jika saja dompet yang berisi recehan itu tidak tertinggal di kamar. Saya memang selalu mencari recehan sisa kembalian untuk hal-hal seperti ini. Hingga setiap kali tangan atau wadah tempat belas kasih itu datang saya menyambutnya dengan senyuman dan kata maaf. 

Kereta berhenti di Stasiun Cilebut, ketika seorang bocah laki-laki, berpeci, mengenakan seragam putih hijau, naik. Dengan gugupnya ia berdiri dan sekedar berpidato, intinya meminta para dermawan saling tolong menolong dalam kebenaran dengan bershadaqah untuk panti asuhan yang ditinggalinya. Bulir-bulir keringat menetes dari dahinya, sedangkan tangan mungil itu gemetar, belum lagi kata-kata yang keluar dari awal sudah putus-putus. Saya mengamatinya, mungkin pertama kalinya untuk bocah itu melakukan hal ini. Iba hati saya, ketika dia mengedarkan kotak amal, refleks saya membuka dompet dan memasukkan uangnya ke dalam kotak. Tak disangka-sangka dia membungkukkan badan dan tak henti-henti mengucap "terima kasih kak, terima kasih banyak...". Dia melakukannya agak lama. Saya jadi rikuh ditatap banyak orang.

Sampai di kamar, saya baru tahu kenapa bocah tadi begitu semangat berterima kasih. Uang selembar yang diberikan kakak dengan embel-embel "Dik, pergunakan uang ini sebaik-baiknya sampai akhir bulan ... " itulah yang saya masukkan ke dalam kotak, sedangkan selembar uang 500-an yang saya maksudkan untuk berinfak masih ada di dompet. "Innalillahii.." bisik saya berulang-ulang. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Yang saya patrikan saat itu adalah "Pasti ada hikmah... pasti ada hikmahnya". 

Siang, Jam menunjukkan jarum pendeknya diangka 2. Saya pilih shirah nabawiyah untuk menentramkan gemuruh hati. Kisah-kisah kehidupan nabi Al-Musthafa begitu sempurna. Lapar yang saat itu saya rasakan belum seberapa dibandingkan dengan Lapar yang dialami Nabi, keluarganya dan para sahabat. Betapa luar biasanya mereka dalam hal zuhud. Saya tergugu ketika membaca kisah suatu hari Umar R.A bertemu dengan sahabatnya Jabir bin Abdullah dan menemukan sepotong daging ditangannya. Kemudian umar bertanya "Apa itu Jabir", "Aku ingin makan daging, lalu saya membelinya" begitu pengakuan jabir. Selanjutnya Umar pun bertutur "Apakah setiap yang kamu inginkan kamu usahakan membelinya? Apakah kamu tidak takut ayat ini, "Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)" (QS Al-Ahqaf: 20).

Saya sering lebih memilih untuk membeli buku dibandingkan membeli kupon dari pencari dana kegiatan amal. Saya bahkan dengan hati seringan awan menambah koleksi kerudung daripada menambah investasi akhirat dengan memberi sedekah nenek buta yang setiap hari terlewati. Betapa dungunya saya ketika seorang tetangga datang ke rumah meminta sumbangan untuk membangun rumahnya yang ambruk, saya hanya meminta maaf karena memberi alakadarnya, padahal besoknya saya sibuk memilih-milih sepatu di pusat pertokoan. Astaghfirullah...., air mata menetes lagi.

Maghrib, baru saja terlewati, sementara perut dari tadi hanya diisi air. Subhanallah, apakah ini yang dirasakan mereka yang kelaparan setiap harinya. Perut melilit, bersuara aneh dan sesekali perih. Ingin rasanya mengetuk pintu kamar sebelah, tapi saya tahu sekarang bulan sudah tua. Dan saya ingat kemarin pagi para pemilik kamar sudah berkoar-koar tidak karuan tentang kerontangnya isi dompet mereka. Jika saja uang tadi tidak tertukar, jika saja saya lebih berhati-hati, andai saya tadi tertidur,.... Astaghfirullahaladzim.... 

Saya mengingat banyak hal untuk menghibur hati, diantaranya janji Allah yang disampaikan ustadz di pengajian minggu yang lalu. "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya" (QS. Saba: 39). Lirih mulut berucap "Ya Rabb, saya ikhlas dengan skenario ini, mudah-mudahan Engkau mengganti dengan yang lebih baik, karena hamba yakin Engkau maha kaya dan tidak akan berkurang sedikitpun karena permohonan mahluknya". 

Adzan Isya berkumandang, waktu seperti cepat bergulir. Belum selesai melipat mukena, pintu kamar diketuk "Mba... ayo ke tempat makan, mamanya Ayu baru datang dan membawakan makan malam buat kita semua, cepetan nanti keabisan". Itu pasti teman sebelah kamar, suaranya khas. Saya tersenyum, terima kasih ya Allah. Di ruang makan, semuanya nampak bergembira, ibunya Ayu sibuk mempersilahkan mereka, padahal untuk makanan gratis, tanpa dipersilahkan pun semangat kami tetap semangat 45. Lagi asyik-asyiknya menikmati berkah, Ayu tersenyum ke arah saya dan berujar, "Eh mbak, beasiswanya sudah keluar, tadi Ayu liat di kampus. Besok uangnya udah bisa diambil".

Dan hati saya pun luruh. Begitu cepat Engkau menggantinya Ya Allah.

Gallery